Rabu, 13 September 2017

Prosesi Lamaran (do's and don'ts)

Assalamu'alaikummm...

Rasa-rasanya banyak banget yang mau di tulis curhatin sharing, berdoanya sih sharingnya bisa jadi manfaat buat orang banyak hehe aamiin. Soal apa ya? ada beberapa, ini salah tiganya:

1. Sharing soal acara lamaran/khitbah
2. Sharing soal hidup sederhana pasutri muda (menjauhi riba)
3. Sharing soal kehamilan

Wow, agak berat ya topiknya hahaha. Bahas yang nomer pertama dulu yuk! Bismillah...

1. Sharing soal acara lamaran/khitbah



Gatau kenapa tiba-tiba pengen sharing soal ini, efek ngeliat banyaknya prosesi lamaran muda mudi masa kini di media sosial kali ya hahaha.

Kira-kira begini ya gambaran acara lamaran muda mudi saat ini:
- Ada dekorasi unyu pernak pernik unyu seserahan unyu dll
- Mengundang banyak pihak/kerabat
- Ada adegan CPP makein cincin ke CPW nya--belum muhrim padahal :(
- Ada CPW dan CPP foto berduadua dempet sambil ngeliatin cincinnya--belum muhrim padahal :(

Begitulah ya kira kira? nah sekarang saya mau sharing waktu jamannya saya lamaran/khitbah:

- Ga ada dekorasi unyu, dekor buat photobooth, etc etc
- Ga ngundang banyak pihak (cuma 2 keluarga inti)
- Yang makein cincin kesaya ibu nya
- Ga ada foto berdua calon saya 

Intinya waktu saya; 2 keluarga ketemu (kaya bertamu biasa aja kerumah), ngobrol-ngobrol diruang tamu, terus si CPP mengutarakan maksud khitbah ke ayah saya, terus saya menjawab 'iya', terus ngobrolin tanggal nikah, terus ibunya ternyata ada bawa cincin terus makein ke saya (cincinnya juga cuma 1, calon saya ga pake), terus makan bareng, udah selesai. Sederhana hehehe.

Awalnya saya juga ga tau sebenernya lamaran itu harus seperti apa dan bagaimana, kemudian saya tanya ke kakak kakak saya, waktu jamannya mereka gimana. Selain nanya kakak, saya juga googling lamaran dalam islam itu seperti apa.

Kakak saya jawabnya hampir sama semua, "sederhana dek, ga ada gimana gimana, cuma si CPP sama ortu nya dateng, ngobrol, CPP minta ijin ke ayah, dijawab iya, makan bareng, udah de, dalam islam ga ada dek acara lamaran begitu, pake cincin juga ga ada itu cuma hadiah aja dari ibunya, sederhana aja de, ga ada ngundang-ngundang juga, 2 keluarga inti aja ketemu, kan ada hadistnya de 'sembunyikan lamaran, umumkan pernikahan".

Dari sanalaaaaaaaaaaaaahh saya baru tau "ohhhhh begitu ya ternyataaa...."

Sangat jauh berbeda dengan acara lamaran yang saya sering liat berseliweran di media sosial hahaha.
(hampir aja mau nyewa dekor, backdrop, MUA, dll)
((ga deng, biar hemat juga sis wkwkwk))

Terus saya googling kan, ternyata memang lamaran / khitbah dalam islam itu sebenernya simpleee:

-sang pria minta ijin ke wali nya sang wanita 'saya minta ijin mau menikahi anak bapak'
-sang bapak mengijinkan, sang wanita juga menjawab 'iya/mau/mengiyakan'
-selesai, itu udah dilamar/dikhitbah namanya


Perihal acara lainnya itu cuma tambahan aja, intinya sih cuma gitu aja, sederhana.

Ps: minta ijinnya ke bapak/walinya sang wanita ya, jadi dalam Islam tidak akan dikenal ungkapan 'will you marry me' yang ditujukan ke CPW nya (terus CPW iya iya aja padahal bapak/walinya belum ngasih ACC -_-) harusnya pas ditanya 'will you marry me?' jawabannya 'nanyanya sama bapak yang lagi ada dirumah aja ya, bisa langsung kerumah ketemu bapak, berani kan ya kerumah?' TAHHH begitu harusnya jawabnyaaa hahaha.

Perihal hadist 'sembunyikan lamaran, umumkan pernikahan' memang ini dhaif, hanya saja, para ulama menganjurkan untuk merahasiakan lamaran. Bukan karena ini ada sunahnya, tapi dalam rangka menghindari setiap peluang hasad, yang bisa jadi memicu keinginan untuk mengganggalkan rencana pernikahannya.
Dalam Syarhnya, al-Kharsyi – ulama Malikiyah – menyatakan,
وأما الخطبة بالكسر فيندب إخفاؤها كالختان وإنما ندب الإخفاء خوفاً من الحسدة فيسعون بالإفساد بينه وبين أهل المخطوبة

Untuk lamaran, dianjurkan agar dirahasiakan, seperti khitan. Lamaran dianjurkan dirahasiakan, menghindari adanya orang yanng hasad, sehingga berusaha untuk merusak hubungan antara pihak lelaki dengan keluarga wanita yang dipinang. (Syarh Mukhtashar Khalil – al-Kharsyi, 3/167)
Sikap ini sejalan dengan hadis dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,
اِسْتَعِينُوا عَلَى إِنْجَاحِ الحَوَائِجِ بِالكِتْمَان فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُود

Gunakan cara rahasia ketika ingin mewujudkan rencana. Karena setiap pemilik nikmat, ada peluang hasadnya. (HR. Thabrani dalam al-Ausath 2455 dan dishahihkan al-Albani)
Hadis ini bersifat umum, berlaku untuk semua kasus. Menjadi adab ketika seseorang hendak mewujudkan rencananya. Termasuk diantaranya rencana menikah. https://konsultasisyariah.com/27725-merahasiakan-lamaran-hadisnya-dhaif.html

Tapi ya setelah belajar, 'rahasiakan lamaran umumkan pernikahan', itu memang ada baiknya juga:

1.Tidak boros harus nyewa dekor MUA tenda etc etc (uangnya bisa ditabung buat acara resepsi atau kehidupan setelah menikah hehehe)
2.Ga ribettt nah ini nih yang menurut saya cukup penting, jadi baik keluarga CPW/CPP santai aja gitu kaya mau bertamu biasa weh kerumah, ya paling sang ibu CPW masak kecil kecilan aja buat tamu CPP nya.
3.Jika lamaran dirahasiakan, andai pun tak berlanjut ke pernikahan (naudzubillah), diharapkan nama baik (kehormatan) wanita dan keluarganya lebih terjaga—karena hanya diketahui oleh keluarga yang sangat terbatas.
4. Kerasa lebih 'khidmat', karena cuma pertemuan 2 keluarga inti, hihi 

Tapi ya balik lagi, semuanya kan hak segala bangsa, kalo yang rejekinya berlebih sah sah saja mau mengumumkan dan mengundang banyak orang, tetapi paling yang harus di garis bawahi adalah:

Satu: jangan memaksakan, karena pingin ala ala lamaran masa kini yang seperti beredar di sosial media terus jadi membebankan ke ortu atau bahkan ke pihak cowonya (akan jauuuh lebih baik kalo 2 pihak setuju untuk mengadakan lamaran sederhana saja yang sesuai syariatnya).


وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَاماً -٦٧-
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (Al-Furqon 67)
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ -٣١-
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan.” (Al-Isra’ 31)
وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيراً -٢٦- إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ -٢٧-
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan.” (Al-Isra’ 26-27)
Dua: Hindari pemakaian cincin dari CPP kepada CPW--belum jadi mahramnya kak ga boleh :)
Tiga: Hindari foto berdua ++ nempel" sama CPW/CPP nya--belum jadi mahramnya kak ga boleh :)
Dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya. (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Mungkin ini ya pertanyaan" yang akan muncul kemudian:

"Tapi masa sederhana aja, kan lamaran itu salah satu hari bahagia, masa ga boleh dipersiapkan dan dirayakan?"

Boleh boleh aja.. asal tidak memberatkan.. takutnya karena mikir lamaran itu butuh biaya dll malah jadi memperlambat proses khitbah/lamaran tsb, padahal sejatinya dalam islam sendiri proses dikhitbah itu sangat sederhana sekalii :)

"Ortu saya maunya begitu (acara lamarannya besar), ortu si calon juga, saya dan calon ga bisa apa apa, padahal kita juga maunya sederhana dan biasa aja"

Kalo memang CPW/CPP sudah sekuat tenaga menjelaskan keinginannya untuk mengadakan acara lamaran yang sederhana namun kedua pihak orang tua menolaknya... apa boleh buat. Yang penting keduanya sudah ikhtiar, sudah berusaha menjelaskan ke orang tua masing-masing. Perihal ternyata kedua pihak orang tua tidak setuju dengan masukan dari kita, yaudah gpp, banyakin doa aja siapa tau nanti di bolak balik hatinya sama Allah dan mereka jadi mau acara yang sederhana saja hihi.

Tambahan buat kedua pertanyaan diatas paling yang udah dijelasin sebelumnya; kalopun  ingin "dirayakan" dengan acara, tetep patuhi rambu rambu syar'i nya, seperti jangan membiarkan anak laki-lakinya yang memakaikan cincinnya kepada CPW.. dan juga jangan membiarkan CPW/CPP foto bersama terlebih dahulu apalagi yang dempet dempetan gitu  fotonya, dan mungkin rambu-rambu lainnya yang luput dibahas disini :)
Dan yang paling utama dari yang utamanya utama (?):

Sesudah lamaran, hindari memperlihatkan kemesraan dengan CPW/CPP tsb..

"Dalam Islam tidak dikenal istilah setengah halal lantaran sudah dikhitbah. Dan amat besar kesalahan kita ketika menyaksikan pemandangan pasangan yang sudah bertunangan atau sudah berkhitbah, lalu beranggapan bahwa mereka sudah halal melakukan hal-hal layaknya suami istri di depan mata, lantas diam dan membiarkan saja. Apalagi sampai mengatakan, "Ah biar saja, toh mereka sudah bertunangan, kalo terjadi apa-apa, sudah jelas siapa yang harus bertanggung-jawab." Padahal dalam kaca mata syariah, semua itu tetap terlarang untuk dilakukan, bahkan meski sudah bertunangan atau sudah melamar, hingga sampai selesainya akad nikah. Padahal apapun yang dilakukan oleh sepasang tunangan, bila tanpa ada ditemani oleh mahram, maka hal itu tidak lain adalah kemungkaran yang nyata. Haram hukumnya hanya mendiamkan saja, apalagi malah memberi semangat kepada keduanya untuk melakukan hal-hal yang telah diharamkan Allah."

Kalo bisa ya (bahkan harusnya) pas mau nyiapin buat keperluan nikahnya juga jangan berdua-dua gitu kak, ajak paling tidak 1 orang lagi yang dampingi dari keluarga, yang memang benar-benar tidak membiarkan CPW dan CPP berduaan (baik itu alesannya tidak akan berbuat apa apa, tetep jangan berdua dua yah kak :')

"keluarga sibuk ga ada yang bisa nemenin" kalo gitu, bawa temennya...
"temen juga sibuk" kalo gitu, sendirian aja ngurusnya...
"sendirian susah gada yang anter bawa barang dll" kalo gitu, ajak temennya yang muhrim... (cewe ya sama cewe, cowo ya sama cowo)
"temen juga sibuk semua" kalo gitu, sama gojek/grab/uber...
"tapi nanti CPW/CPP jadi gatau barang yang dibeli, susah diskusinya dll" kan bisa dikirim fotonya ke WA...

Kalo emang ga niat pengen berusaha taat, adaaa aja kayanya excuse nya ya? hehehe.

Dulu waktu saya, alhamdulillah ga pernah pergi berduaan sama sekali, kalopun harus fitting baju, ya ditemenin sama ayah umi saya.
Dan alhamdulillah sekali, semua keperluan dipercayakan oleh saya dan keluarga, jadi pihak laki-laki tinggal terima jadi hehe.

"kenapa sih Cu, harus kaya gitu banget?"
"gitu apanyaaa? jangan nyiapin berdua dua maksudnya?"

Sebenarnya pertanyaannya balik ke diri masing-masing, mau mendapat ridho Allah atau tidak dalam setiap proses menuju halalnya?

Kalo mau dapetin ridho-Nya, ya atuh berarti ikutin cara cara yang Allah sukain bukan? bukan suka-suka kita? hehehe.

Oh ini sih paling yang paling jadi dilema:

Orang tua yang 'membolehkan' anaknya buat pacaran / ber khalwat / berdua dua dengan yang belum jadi muhrimnya.
Karena sejatinya, mungkin... orang tua tsb belum paham agama dengan baik, dan faktor-faktor lainnya.

Orang tua saya juga dulu begitu, waktu jaman jahiliyah saya masih pacaran, org tua membolehkan saja saya pergi dengan cowo-yang-bukan-muhrim-itu, orang tua saya ga ada marah atau gimana gimana (eh ada sih marah tapi sayanya tetep bandel dan mau pergi, jadi aja deh mereka 'mau ga mau' ngebolehin huhu). Nah ini nih yang jadi dilema sekaligus ujian sebenernya, org tua yang mau gamau membolehkan anaknya pergi dengan yang belum menjadi mahramnya.

Nah karena dilema ortu yang 'membolehkan' itu, muda mudi masa kini juga mungkin be like:

"yaudah sih ortu gw aja santai ngebolehin"
"ortu gw malah yang nyuruh gw nyiapin semuanya sama CPW/CPP nya, mau berdua juga gapapa"
"ortu udah ngasih restu gw boleh pergi berdua sama dia (CPW/CPP), Allah juga udah ridho berarti, ridho Allah kan ridho ortu" --ini yang paling sedih :((

Huhu gimana ya.. itu sebenernya ujian sih.

Karenaaa saya juga merasakan hal yang sama hahaha.

Tapi kan lama lama saya belajar ya, alhamdulillah dikasih nikmat hidayah buat mau belajar lagi soal agama. Dan setelah belajar, ya jadi paham, bahwa ya memang belum muhrim, belum HAK nya buat gimana gimana sama calon pasangan kecuali udah ijab qabul.

Dan sama, ortu juga tipe yang 'membolehkan' (entah krn gamau anaknya marah apa gimana), tapi karena saya sudah belajar, justru saya sendiri yang akhirnya membatasi nya, dan saya yang pelan pelan 'mengingatkan' orang tua saya... karena sebenarnya ini buat kebaikan kita bersama :)

Gini nih contoh ujiannya:

Ortu: "Yaudah, Caca pergi aja sama Lemi buat nyari WO dsb ya" --ini setelah saya di khitbah.

Coba deeeeeeeeeh itu ujian banget kan???!!! orang udah mau tobat, eh malah disuruh pergi bareng, hahaha.

Terus ya dengan kekuatan rembulan dan iman, saya jawabnya begini:

Saya: "Belum muhrim ayah.. umi.. Dosa.. Caca gamau.. nanti caca coba minta temenin temen aja, atau naik gocar aja kesananya kalo ayah emang ga bisa nemenin.. atau kalo mau, perginya sama ayah atau umi ya bareng, Caca gamau berdua aja" --mimpi apa coba anak bontotnya Bapak Djahi dan Ibu Rogaya bisa bisanya ngomong begini ??!!

Daaan reaksi babeh waktu awal awal itu ngeselinnn hahaha, kaya ngecengin "yaelah Ca, emangnya harus begitu banget apa yak" -__-
kalo umi sih udah lebih "paham", jadi lebih ke "yaudah iya nanti sama Umi juga perginya"

Atau ini contoh ujian lainnya, pas selesai proses lamaran:

Ortu: "Caca sama Lemi ga foto bareng berdua?"
Kakak: "Ga boleh Ayaah kan belum muhrim..." --Alhamdulillah ada yang belain! hahaha.
Saya: "Iya Yah belum boleh hehehe"

Jadi begitu sister dan brother, emang mau hijrah dan istiqomah dalam taat itu ujiannya buanyak banget, bahkan dari ortu sendiri hehehe.

Makanyaaa dari kitanya yang harus banyak banyak belajar lagi (kalo tipe ortu yang santai dan membolehkan anaknya pacaran ya).

Kadang suka kagum juga, sama ortu temen yang dia itu strict banget sama anaknya, baik itu anaknya cowo atau cewe, kalo udah mulai 'suka' atau 'deket' sama lawan jenis opsinya ya cuma 2: nikahin atau jauhin (puasa dari nafsu), ga ada sama sekali hubungan deket sebelum nikah. MasyaAllahhh ortunya sudah paham sekaliiii.. alhamdulillah.

"kalo strict banget juga ga bagus kali, anaknya malah jadi bangkang nanti"

Kan diajarinnya sejak dini dan dengan cara baik baik, jadi ketika sudah besar, anak juga paham bahwa itu ga boleh dalam agama.. dannn kalopun setelah diingatkan ortunya tapi anaknya tetap 'nakal', itu ujian ortunya, harus banyakin doa lagi agar anaknya jadi bertaqwa dan kembali ke jalan yang benar :)

Nah, opsinya sebenernya balik lagi kan ya, kita mau istiqomah dalam taat, apa ngga?

Kalo istiqomah, ada ujian dari orangtua pun, kita harus kuat kuat iman buat 'nolaknya' tapi tetep yaaa dengan cara baik baik, lembut, dan penuh pengertian, jadi orangtuapun paham hihihi.

InsyaAllah, lama lama ortu juga mengerti dengan 'jalan baru' yang sudah kita pilih, jalan hijrah maksudnya.

Yaa lama lama kaya ayah umi saya, udah paham kalo anaknya kudu ditemenin kalo mau ngurus persiapan nikah (ortu jadi minta tolong kakak atau sodara saya kalo mereka ga bisa nemenin).
Ayah umi juga jadi paham, kalo lama lama saya udah ga bisa salim sama yang bukan muhrim (baik itu tamu laki-lakinya ayah atau umi).

Alhamdulillah, pelan pelan mereka juga jadi belajar lagi.
Saya belajar, orang tua juga jadi belajar lagi hehe.

Jadiii begitulah kurang lebih do's and don'ts nya, ga rapih banget ya struktur penulisannya, gapapalah ya namanya juga nulis blog bukan nulis jurnal tesis ??!!

Kayanya udah banyak ya penjelasannya don'ts nya, ini deh ditambahin dikit buat do's nya:

1. Kalo udah dikhitbah/dilamar, banyakin doa/ibadah/ngaji buat kedua CPW/CPP, karena menuju nikah itu ujian dari setannya banyak banget! haha (ya salah satunya itu, ujian 'rasa cinta' dan 'rasa sayang' kepada si calon, padahal halal aja belum huhu).
2. Sering-sering ikut kajian perihal mempersiapkan keluarga islami (ini bisa juga belajar dari video youtube sih, sekarang udah banyak banget kok yang bahas, alhamdulillah).
3. Kuatkan imanmu wahai ikhwan dan akhwat, tetap serahkan semuanya kepada Allah SWT, berdoa minta petunjuknya, kalo emang jodoh, lancarkan dengan cara yang Allah ridhoi (inget, yang Allah ridhoi, bukan suka suka kita)
4. Belajar masakkk!!! hahaha. Poin ini penting banget buat calon istri yang ga bisa masak kaya saya -_- (alhamdulillahnya suami saya yang jago banget masak, tapi tetep ya kodrat wanita harus bisa masak hihihi)

Segitu dulu ya, nanti kalo ada yang kurang kurang di update lagi, semoga bermanfaat buat yang udah ada calon dan akan dilamar atau buat yang udah lamaran dan sedang mempersiapkan pernikahan. B
uat yang belum keliatan hilalnya siapa yang akan melamar.. banyak banyak berdoa dan belajar yaahh InsyaAllah segera dipertemukan dengan jodoh terbaik dunia akhirat aamiin :)

Ps: ini sharing menurut cara pandang saya dengan ilmu yang masih sangat terbatas yaa.. syukur-syukur ada yang mau belajar lebih lagi soal lamaran menurut syariat islam ini hihi. oh iyaa saya sangat amat terbuka untuk masukan maupun kritikan, karena kekurangan itu milik saya, dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT :)

Pss: kalo yang ada kaitannya sama ada istiadat atau budaya dalam prosesi lamaran ini... wallahu'alam ya, semoga bagaimanapun caranya bisa istiqomah taat sesuai dengan syariat islam yang benar, aamiin. 

Psss: sebenernya saya juga cukup tertarik dengan dekorasi/pernak pernik lamaran yang instagram-able ituhh haha, sempet koook pingin sewa/beli backdrop buat foto, dekor rumah, dsb. tapiii abis itu saya mikir lagi, 'buat apaan ya itu teh? biar pas di foto bagus? biar pas upload di IG bagus? da saya juga kan ga akan upload apa apa karena statusnya juga belum halal, belum boleh.. kalo untuk dokumentasi keluarga agar keliatan bagus.. ah rasanya juga ga perlu. Perihal baju atau MUA.. sempet kepikiran juga pengen baju samaan sama Lemi terus nanti saya nya dandan (?) tapi abis itu mikir lagi, "buat apa ya? kaya Lemi nya mau aja belum apa apa baju udah sama, soal make up, duh kayanya Lemi juga akan mikir 2x mau meng khitbah saya kalo saya dandan (?)" hahaha. Jadi yaudah deh, saya tau Lemi itu sosok yang sederhana sekaliii.. (cik liat geura profile di IG nya saja 'kesederhanaan merupakan keindahan' adem banget kan bacanya juga hahaha). Jadi yaudah deh, segala pemikiran soal dekor MUA dll semuaaaaa ditiadakan: "sederhana aja ya Cu, titik" :)
-------------------------------------------------------------
Bonus foto waktu 'acara' lamaran Khoirunnisa dan Muhamad Sulaemi, 1 Januari 2017.
2 keluarga inti ketemu, ngobrol-ngobrol biasa diruang tamu, ga ada dekorasi apapunnn bener-bener kaya silaturahmi biasa aja hehe
(saya dan Lemi duduknya jauh banget kan, ceritanya biar bisa jaga pandangan hehehe)
(sebrang Lemi itu ayah)
(sebelah saya itu kaka ipar)
(yang ngambil foto candid ini kaka perempuan saya)
Setelah Ayah saya dan saya menjawab dengan 'iya' (saya terima khitbahnya), terus ternyata ibunya ada bawa cincin, terus yaudah ibu mertua yang makein hihi.
(ini ga ada dalam islam, cincin itu cuma sebagai hadiah aja :)
(ga ada proper foto, ini aja kaka saya yang dengan sigap mengambil gambarnya haha)

OH IYA! ada cerita lucu dibalik pemakaian cincin ini. Jadiii Lemi itu gatau ukuran jari saya, dia asal beli aja (tanpa nanya nanya ke saya atau ke ortu saya haha), dia ngira ngira aja jari saya seukuran kelingking dia (?), dan ternyata pas dipakein ibunya............... cincinnya guede banget doonggg muatnya di jempol !!!??? hahahaha.
Karena insiden tsb, untuk mas kawin, Lemi akhirnya menyerahkannya kepada saya dan Umi untuk membelinya sendiri agar tidak salah ukuran :''D

Ini foto ketika Abah dan Emak sudah mau pulang ke Rangkasbitung (Banten)

(fotonya cuma ada saya, orang tua saya, dan mertua, Lemi nya bahkan tidak ada, karena eh karena, belum muhrim sodara-sodara :) untuunggg aja baik ortu saya dan ortu Lemi tidak ada yang protes kenapa foto kita berdua ga ada, hihi alhamdulillaaah)

Cerita lucu di foto terakhir ini adalah: setiap kali ada pengambilan foto (baik itu foto saya bersama keluarganya, atau keluarga dia dengan keluarga saya) Lemi nya kaburrr hahaha (segitunya menjaga biar ga satu frame dengan saya, alhamdulillah.. kalo waktu itu dia mau foto bareng dengan saya, wah justru akan saya pertanyakan ke ikhwanannya :p)
Catch ya later, virtual version of me!

Wassalamu'alaikum wr wb.

X, KC
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar