Entah dimulai kapan dan karena apa..
Menurut saya ini berkah, bukan musibah atau hal yang bertentangan dengan modernisasi.
Sekilas tentang hidup saya..
Saya adalah seorang perempuan yang lahir di lingkungan yang insyaAllah baik. Dari rahim seorang ibu yang berjuang antara hidup dan mati, hmm.. ini sih saya yakin semua orang juga begini ya
Ehem ehem kembali ke topik.
Perlahan.. saya tumbuh dan berkembang di lingkungan yang penuh dengan modernisasi. Singkatnya, ruang lingkup saya penuh dengan nuansa rok mini, hotpants, dugem atau clubbing, perempuan merokok, ngobrol dengan bahasa-bahasa yang kurang baik, dan parahnya.. apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Allah atau hadis, seringkali dibahas untuk dijadikan lucu-lucuan. Astagfirullah..
Saya tidak mengikuti arus ruang lingkup tersebut, tapi saya juga tidak menjauhinya, saya tetap membiarkan nuansa tersebut lekat dalam kehidupan saya. Tidak mencoba melarang apa-apa yang salah yang saya tahu. Dulu saya anggap inilah dunia modern. Jika saya tidak mau ketinggalan zaman, ya berbaurlah walaupun tidak mengikuti apa-apa yang tidak baik tersebut.
Kalau ada yang bertanya, “Memangnya ruang lingkup apa sih?”
Saya bergabung dengan sebuah radio ternama di kota Bandung sebagai announcer. Hehe, ini sih bukan rahasia. Ruang lingkup dunia entertain ya beginilah. Halal dan sudah seperti pemandangan biasa di area ini jika ada perempuan yang berseliweran dengan cantik dan seksinya. Modis dan menggoda. Betis-betis ramping, badan-badan yang langsing, rambut terurai mengkilat karena sering ke salon, make up yang lekat dengan kesan natural menambah kecantikan mereka. Dulu juga saya pernah begitu (tidak termasuk badan langsing dan betis rampingnya ya, hehehe). Memang jadinya merasa PD banget. Setiap jalan dilirik orang-orang. Berasa jadi pusat perhatian. Selain itu, karena dimulai di lingkungan ini, koneksi yang meluas di hidup saya adalah link link dengan orang-orang penting yang ruang lingkup kehidupannya tidak jauh berbeda.
Hangout, ini yang sering sekali saya lakukan dengan teman-teman atau link saya. Biasanya yang diobrolkan adalah hal-hal duniawi. Menyenangkan dan menimbulkan tawa. Kepuasan yang saya dapat pada saat itu. Ini pun menjadi kebanggaan bagi saya karena lewat hal-hal inilah link link saya meluas dan semakin meluas. Terkadang ada juga pertemuan untuk membicarakan hal yang tidak berarah untuk sekedar rutinitas pertemuan. Biasanya orang-orang yang tidak ikut rutinitas ini akan tersisih dan terlupakan perlahan dari komunitas dunia modern.
Pacaran, naaaah.. ini wajib hukumnya. Nggak punya pacar artinya kalau “nggak laku” ya berarti “munafik”. Itu paradigma yang dulu lingkungan terapkan dalam diri saya. Nerap nggak? Nerap lho ternyata. Suatu kebanggan buat perempuan menggaet seorang laki laki yang populer, ganteng, anak basket, anak motor, anak mobil, anak band, anak nongkrong (nongkrong di warung-warung sekitaran SMA padahal), pokoknya laki laki yang begitu kita jalan sama dia bikin bangga deh. Kemakan nggak? Kemakan juga saya ternyata. Nembak – jadian – masalah – putus – musuhan. Siklus era modern sekali kan. Sakit hati dipublish publish di internet, tapi nggak kapok-kapok. Itu bumbunya, kata anak muda. Hehe, saya juga dulu menikmati siklus itu.
Saya berada di zona nyaman. Nyaman dengan lingkungan saya dan segela tektek bengeknya. Tidak mendeteksi ada yang salah sedikitpun dengan semua yang saya jalani. Saya cukup tau bahwa saya berhasil mengikuti perkembangan zaman dan berhasil menjadi gaul. Menyenangkan sekali rasanya.
Inilah yang terjadi kemudian..
Saya lulus dari bangku SMA. Berjuang menjadi seorang mahasiswi. Menempuh berbagai rintangan karena ternyata kehidupan setelah SMA tidak semudah yang saya bayangkan. Terutama saya diwajibkan menempuh jalur SNMPTN, kalau tidak berarti saya tidak kuliah. Disini keimanan instan berperan. Saya mendadak rajin shalat, rajin puasa, rajin ngaji, shalat dhuha, tahajjud, pokoknya semua anjuran anjuran Islami saya tempuh. Tujuannya satu, lulus SNMPTN. Dan apa jawaban yang Allah berikan, “FEBRIANTI NO URUT 5812845 LOLOS SELEKSI SNMPTN MANAJEMEN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009″.
Mungkin bermula dari sini, tapi saya tidak yakin juga. Yang pasti, dari sini saya belajar, bahwa ibadah yang didasari dengan keimanan yang instan sekalipun tetap mendapatkan jawaban terbaik dari Allah. Apalagi yang berkesinambungan, didasari dengan keimanan dari hati yang tulus, ikhlas, dan mengharapkanridha-Nya.Saya pun terus berkembang.
Percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Saya diberikan kesempatan menjadi mahasiswi Manajemen 2009 Universitas Pendidikan Indonesia mungkin agar saya berkembang bersama orang orang yang kini berhasil menjerumuskan saya ke jalan yang benar, yang lebih baik.
Berawal dari kampus saya lah, saya diajarkan berpakaian yang minimal sopan. Menyadari bahwa sesungguhnya pandangan laki-laki terhadap pakaian mini yang perempuan kenakan, terhadap segala lekuk tubuh yang sengaja diperlihatkan, itu bukanlah hal yang patut untuk dibanggakan. Sesungguhnya, perempuan yang mempertontonkan auratnya dengan penuh kebanggan dan sukses meraih perhatian banyak mata adalah yang sangat rugi. Mata mata yang memandang itu hanya memuaskan hasratnya tanpa mengagumi keindahan secara tulus. Dan rugi pula kaum laki laki yang kelak menikahi perempuan yang hobi mempertontonkan auratnya karena harta yang seharusnya diperlihatkan hanya kepada suami, telah diperlihatkan secara gratis kepada banyak laki laki lainnya, jadi milik banyak mata laki laki lain. Saya belajar perlahan, dan mulai memahami bahwa ternyata ketika dulu saya risih atas mata yang memandang nafsu terhadap pakaian mini yang saya gunakan, itu murni salah saya. Saya menawarkan diri untuk dilihat, ya pasti dilihat, tapi dengan tidak baik. Insyaallah saya istiqomah dengan jilbab yang saya kenakan..
Lalu pacaran. Hmm saya masih merasakan hal ini semasa saya masih menjadi mahasiswa baru di kampus. Saya memang berkembang menjadi lebih baik, tapi belum dalam tahap syari’ah Islam. Saya berprinsip “Okelah pacaran sah-sah aja, tapi sekarang saya maunya sama laki laki yang serius”.Akhirnya saya dipertemukan dengan seorang laki laki kakak angkatan saya dan menjalin hubungan kurang lebih 9 bulan ditambah pendekatan ini itu. Berakhir lagi lagi dengan sakit. Tapi berawal dari sini, saya berkembang.
Terlepas dari permasalahan yang menyebabkan saya tidak lagi bersama laki laki itu, saya banyak menerima perubahan pandangan tentang pacaran. Apa yang diharapkan dari pacaran? Proses mengenal? Yakin hanya itu? Apa tidak ada keinginan mencari kepuasan atas keinginin rasa kasih sayang yang belum terpenuhi? Ayooo jujur pada diri sendiri. Dan pengalaman pengalaman pacaran yang pernah terjadi, ada unsur mengarah ke perbuatan yang nggak baik nggak? Kayak apanya nggak usah dijelasin pasti ngerti kan. Ya itulah, hal hal yang mengarah ke mudharat atau yang Allah tidak sukai jelas tidak akan membawa barokah. Nah, jika jalan perkenalan terhadapa pasangan saja melewati jalan yang tidak disenangi Allah, bagaimana dengan pernikahannya kelak. Kurang lebih begitu yang sudah mantap jadi pandangan saya saat ini.
Khusus untuk pribadi saya, dan khusus untuk bahasan pacaran, insyaallah saya tidak akan membuka hati untuk menjalani pacaran itu. Tidak sedikit lho yang tertawa mendengar pernyataan saya ini secara lisan. Ini lah alasannya, saya ingin disayangi, dikagumi, dan dicintai oleh seorang laki laki yang tergoda karena keimanan saya sebagai wanita muslim. Karena laki laki yang tergoda untuk mencintai seorang wanita karena melihat iman wanita tersebut adalah laki laki yang insyaallah mampu melihat wanita jauh lebih dalam ke dalam inner-nya. Wajah ataupun bentuk badan adalah anugerah Allah yang pada dasarnya akan tetap seperti kodratnya, tapi keimanan dan inner beauty adalah hal yang bisa dipupuk, dibina, dan dikembangkan. Nah, jika ada laki laki yang mungkin sedang pendekatan dengan saya, apa yang membuat laki laki tersebut tergoda atas saya? Iman saya masih dangkal. Berarti pastilah tergoda karena sesuatu yang masih bersifat duniawi. Tentu saja, tidak sejalan dengan yang saya prinsipkan sekarang. Sungguhlah beruntung bagi saya jika kelak ada seorang laki laki yang datang untuk meminta saya menjadi calon ibu dari anak-anaknya karena ia menginginkan keluarga sakinah mawadah warrahmah yang hendak ia bangun bersama saya. Subhanallah, saya menantikan hari itu. Percayalah, jodoh terbaik adalah jodoh yang Allah sediakan dan hantarkan kepada kamu, bukan yang dikagumi setengah mati dan membuat menangis berkoar-koar setiap kali hati kita sakit dibuatnya.
Sekarang saya masih berada di zona nyaman. Tapi kali ini jauuuh lebih nyaman. Lebih menenangkan dan menyenangkan, dan bahkan menyejukkan. Tidak banyak yang terbangun di pagi hari lalu bersyukur karena tau bahwa hari-harinya akan dilewati penuh makna dan hikmah juga pembelajaran demi menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan insyaallah inilah yang akan saya lakukan. Lakukanlah perubahan dimulai dari diri sendiri dulu. Saya pun membiarkan lingkungan yang mengenal saya dengan sangat dekat, justru menertawakan perubahan saya. Saya tersenyum dan dalam hati berkata,
"Sungguhlah Allah Maha Tahu apa yang sedang saya kerjakan dan maksud dari apa yang saya kerjakan. Dan bukakanlah hati mereka untuk kemudian ikut bersama saya untuk sama-sama terjerumus ke jalan yang benar, amin.."