Minggu, 08 November 2015

Full Time Partner?

#CurrentLife
#SelfReminder
#Feelinglikewritinginbahasa
Sudah mulai banyak teman yang memutuskan menyudahi masa lajangnya, iya, banyak yang sudah menikah.
Terbersit perasaan 'ingin', namun Allah masih belum mengijinkan untuk saat ini, mungkin Ia ingin saya memantaskan diri terlebih dahulu.
Ketika terbersit perasaan ingin segera menikah, seketika itu juga saya teringat moment dimana saya saat itu dijodohkan oleh orang tua saya.

Singkat cerita, karena saya saat itu sedang mempunyai kekasih (yang pada akhirnya berakhir juga), saya menolak mentah mentah ajakan ayah dan ibu untuk berkenalan dengan calonnya. Lately I knew that this man; mempunyai latar belakang agama yang baik, tidak pernah pacaran, mencintai Nya, cukup dari segi financial, berumur matang, dan sangat menghormati orang tuanya. Which is, a typical man I want to live with for the rest of my life.
Setidaknya kriteria itu baru terbentuk setelah saya sudah mulai berhijrah. 
Sebelumnya, 'gak mau yang tua ah, mau yang seumuran, mau yang suka travelingan, mau yang saya suka dan cinta aja, mau yang udah lama deket dan tau semua sifatnya' etc etc.

Saya beberapa kali menyesali keputusan saya waktu itu, bahkan keputusan itu sampai membuat ibu saya menangis (tenang saja, saya sudah meminta maaf tulus kepada ayah dan ibu).

Tetapi ya begitulah skenarionya Allah, Dia Maha Mengetahui yang terbaik buat hambanya.
Setiap kali saya merasa sedih dan menyesal kenapa saya tidak mau menerima calon pasangan dari orang tua, saya berusaha mengatasinya dengan membuat point-point di balik mengapa takdir ini harus terjadi pada saya;

1.   Saat itu sifat saya masih jauh dari kata baik; manja, egois, temperamen, dsb
2.   Saat itu saya saja masih susah mengurus diri sendiri, bagaimana mau mengurus suami?
3. Saat itu juga saya masih mempuyai kekasih, jahat sekali rasanya jika saya meninggalkannya begitu saja (dan berakhir pada saya yang ditinggalkannya, alhamdulillah :)

Jadi saat itu Allah tau, saya belum siap.
Saya percaya, Allah terlalu sayang dengan saya. Kenapa?

1. Dia ingin saya tobat, hijrah
2. Dia ingin saya sedih, nangis, terus berdoa ke Dia, curhat ke Dia, cuma inget Dia.
3. Dia ingin saya sadar dan merubah sifat jelek yang ada di diri saya
4. Mungkin disana Dia berkata "sudah cukup 8 tahun Aku biarkan kamu dalam kemaksiatan pacaran, sekarang waktunya kamu berubah, hijrah"
5. Dia juga ingin saya jadi muslimah yg berakhlak baik, coba deh, jika Dia tidak menguji saya dengan mengambil 'tuhan lain' di hati saya yaitu mantan saya, sekarang pasti saya masih akan menjadi saya yang dahulu, buruk sekali sifatnya, naudzubillah.

Karena Dia mencabut 'tuhan lain' di hati saya, makanya sekarang saya:
1. Setelah 8 tahun pernah pacaran, 11 bulan ini saya bebas dari kemaksiatan pacaran
2. Saya jadi mulai belajar berpakaian yang lebih baik, menggunakan rok setiap hari, memperlebar khimar, bahkan menggunakan kaos kaki (tadinya sangat malas, dan ternyata ini adalah bagian dari aurat. This sounds not me at all!  ya begitulah skenarionya Allah kalau ingin membuat hambanya sadar)
3. Saya mulai belajar untuk melakukan ibadah sunah lainnya selain daripada solat 5 waktu (Untuk yang satu ini, saya berterima kasih oleh program SSG DT, karena membuat para santrinya terbiasa melakukan ibadah sunah diluar ibadah wajib, alhamdulillah).
4. Perlahan, saya mulai menghapus sifat" saya yang tidak baik, saya ingin sekali mempunyai sifat yang baik, makanya saya terus memperbaiki diri biar kelak bisa jadi istri solehah dan ibu yang baik, dan yang paling penting, supaya Allah sayang sama saya :)
5. Sebisa mungkin mengurangi sifat mudah kesal/emosi dgn perbanyak istigfar kemudian senyum, oh iya, dzikir itu benar benar obat yang paling ampuh untuk hati yang keras, coba deh ;)
6. Untuk sifat" buruk lainnya, saya masih dalam proses untuk menghilangkannya, doakan saya ya :)

Look, hanya dengan mengambil 'tuhan lain' di hati saya, perubahan saya jadi besar dan cukup signifikan bukan?
mungkin itu cara Allah sayang sama saya, cara Allah memberikan karunia dan hidayahnya kepada saya.

Perlahan, saya semakin bisa menerima kenyataan bahwa skenario Allah itu jauh lebih baik, jika kita bisa menerimanya di jalan yang di ridhoiNya.

Semoga proses pemantasan diri ini bisa istiqomah, sampai akhirnya Dia akan berkata:
"kamu sudah siap untuk menyempurnakan setengah agama dengan menikah, dan kado terbaik dari Aku adalah jodoh yang soleh dunia akhirat, yang mencintaiKu seperti kamu yang juga mencintaiKu sepenuhnya"

Amin, allahumma amin.


***KC.



Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar