#CurrentLife
#FeelingLikeWritingInBahasa
Continuing this post Pelantikan SSG 30 Daarut Tauhid Part 1
Jam 04.00 subuh sampai di hutan, lalu kami langsung melaksanakan solat subuh bersama dengan ratusan peserta lainnya yang sudah disini sejak hari Rabu.
Sesungguhnya, mata ini berat banget, ngantuknya luar biasa, karena selama 7 jam perjalanan kami tidak bisa tidur sama sekali. Hari kamis saya bangun jam 5 subuh, jumat subuh mata saya masih melek, bahkan sampai jumat malem jam 9 saya baru bisa tidur. Totalnya 40 jam mata saya melek terus! Mashaa Allah.
Setelah solat subuh berjamaah, kegiatan selanjutnya saya lupa apa saja, yang jelas sekitar pukul 8 pagi itu kami yang datangnya menyusul disuruh nyebur ke air terjun curug layung itu. Kamu tau? AIRNYA DINGIN. BANGET. Allahuakbar.
Kami saling berpegangan menyebrang sungai agar tidak kepeleset karena arusnya cukup deras, menahan dinginnya air yang masuk ke badan, dari kaki sampai hampir ke leher. Rasanya seperti mandi dengan air es!
Kita disuruh diam beberapa menit menikmati 'hangatnya' air sungai tersebut, sampai pada akhirnya pelatih berkata "masukkan kepala kalian semua kedalam air, buat supaya baju kalian basah kuyup semuanya"
Allahuakbar.
Berbekal dzikir tidak berhenti dan niat karena Allah SWT, saya celupkan lah kepala dan seluruh badan saya ke dalam air es tersebut. Dan ketika kembali naik ke permukaan, kami harus melakukan itu berkali-kali, tenggelem-naik-tenggelem-naik, berkali kali. Mati rasa rasanya badan ini. UMIII MAU PULAAAAAAANG.
Setelah kurang lebih 2 jam di air es tersebut, akhirnya kami diperbolehkan kembali ke permukaan. Alhamdulillah Chacu masih hidup.....
Badan kami semua menggigil tiada henti, pakaian semuanya basah dan tidak ada yang namanya berganti pakaian, harus terus dikenakan (sampai akhirnya kering sendiri nanti).
Aktivitas di lakukan kembali, masak bersama (saya masuk pleton 4 akhwat), solat berjamaah dll. Setelah makan siang masih harus 'olahraga' tiarap, berguling, push up, jalan jongkok, dsb. KOPASSUS in the making!
Ba'da ashar, kami berkumpul untuk melakukan solo bivak.
Apa itu solo bivak?
Jadi, setiap orang harus membuat tempat tinggal masing-masing untuk tidur semalam di hutan. Tempat tinggal/bivak yang terbuat dari ponco, dan matras. Buat bivak sendiri, tidur semaleman di hutan sendiri. Hmmm sounds legit!
Itu yang namanya rasa takut, rasa pengen pulang, pengen udahan, pengen kabur, semua jadi satu huhuhuhu.
Oh iya! Saya belum cerita ya bagaimana saya bisa survive 'bersiul' dan 'bernyanyi' di hutan???
Ini pengalaman saya pertama kali seumur hidup!!!
Bersiul (buang air kecil), pernah saya lakukan dulu di hutan juga pada saat perjalanan ke tangkuban perahu bersama PERIMATRIK. Awalnya aneh sih pipis di hutan cari tempat terus pipis terus pake air/tisu kering/tisu basah untuk bilas.
Jadi untuk bersiul, saya tidak ada masalah.
Nah sedangkan untuk bernyanyi........................ haduh, saya berdoa sekuat tenaga agar tidak ingin bernyanyi di hutan ini. Tapi ternyata Allah punya rencana lain, saya malah dikasih diare di hutan! :""""
Bayangkan; diare, dihutan.
Jadi peralatan saya untuk bernyanyi adalah golok/tramontina, untuk menggali tanah buat 'naro'. EWWW kalo saya ingat saya masih suka geleuh sendiri hahahaha. Total ada sekitar 4x saya bernyanyi!!! hebat kan!!!!!!!! hahahahaha.
Mashaa Allah ya itu bener-bener pengalaman yang ga akan saya lupakan seumur hidup :""")
Eh sampe mana tadi, oh iya solo bivak.
Sebelum disebar untuk membuat solo bivak, semua mempunyai kode nama, kode nama saya D21.
Kemudian, diberikan juga kode-kode dan sandi agar nanti jika malam ada penyusup bisa langsung diketahui.
Semua pleton berbaris rapih, menunggu untuk dipanggil kemudian mengikuti pelatih menuju TKP untuk solo bivak. Lokasi saya naikkkkk terus ke atas hutannya, nasib pleton akhir akhir, sampai akhirnya "D21, ini lokasi kamu untuk solo bivak" SIAP PELATIH!
Saya mencari lokasi bivak temen terdekat saya, ada sekitar beberapa meter dari tempat saya. Syukurlah, jika ada apa apa saya bisa langsung teriak dan lari ke tendanya hahahaha.
Langkah pertama saya menaruh carrier saya yang segede gaban, kemudian ketika sirine bunyi, itu tanda untuk mulai membuat solo bivak. JENG JENG.
Lokasi saya kontur tanahnya miring banget dan posisi ke 2 pohon yang ingin saya sambungkan talinya berhadapan kesamping, bukan atas bawah. (tidurnya jadi searah gravitasi, sering jatuh miring badan saya).
Saya keluarkan semua barang, saya keluarkan tali rapia, saya ikat ke 2 pohon tersebut.
Kemudian saya taruh ponconya dan matras. Ponconya tidak cukup panjang untuk badan saya, jadi saya tambahkan dengan trash bag! hahaha. Lalu saya buat pasak di ponconya agar tidak goyang goyang bivak saya. Pasaknya pun seada-adanya, susah soalnya tidak bolong ponconya.
Salahnya, pasak saya 'meggantung', tidak rata dengan tanah. Ini bahaya karena nanti bisa ada hewan yang masuk! Saya sudah lelah jika harus membuat ulang, dan itu sudah mulai malam tidak ada cahaya. Saya harus membuatnya dengan menggigit senter yang saya bawa (saya tidak membawa head lamp).
Akhirnya setelah kurang lebih 1 jam, jadi juga bivak saya alhamdulillah.
Begini kira-kira penampakannya. Karena saya dilarang membawa gadget apapun, jadi saya ambil dari google gambarnya, tapi ini mirip banget. Hanya saja bivak di gambar ini lebih rapih daripada bivak asli saya -_-
Persis seperti itu! badan saya tidurnya miring kebawah, hanya saja di foto itu kontur tanahnya miringnya sedikit, sedangkan kontur tanah bivak saya miringnya cukup terjal (makanya badan saya suka merosot pas tidur huhu).
To be continue!
***KC